Orang selalu berkata, "Ada bekas istri atau suami, tapi tidak ada bekas anak atau bekas orangtua".
Berikut ini adalah kisah cerita sederhana yang dapat mengartikan istri yang sebenarnya. Silakan sediakan tisu atau sapu tangan ya..
Seorang Profesor melakukan Riset Kecil kepada mahasiswa-mahasiswanya yang sudah berkeluarga. Kemudian Dia meminta 1 orang mahasiswa untuk maju ke depan kelas menghadap papan tulis.
Professor berkata, "Tuliskan 10 nama orang yang paling dekat denganmu!"
Lalu mahasiswa itu menulis 10 nama, ada nama tetangga, orangtua, teman kerja, istri, anaknya, saudara, dan seterusnya.
Kemudian Profesor menginstruksikan kembali, "Sekarang silahkan pilih 7 orang diantara 10 nama tersebut yang kamu benar-benar ingin hidup terus bersamanya." Mahasiswa itu lalu mencoret 3 nama dengan hati-hati.
"Silahkan coret 2 nama lagi!" Profesor pun melanjutkan instruksinya. Sang Mahasiswa pun melakukan pencoretan kembali. Tinggalah 5 nama tersisa.
"Coret lagi 2 nama!" Perintah Profesor kembali. Dengan hati-hati si Mahasiswa kembali mencoretnya. Tersisalah 3 nama yaitu nama ibunya, istrinya dan anaknya.
Suasana kelas menjadi hening. Mahasiswa lain mengira semuanya sudah selesai dan tak ada lagi yang harus dipilih.
Namun tiba-tiba Profesor itu berkata, "Silahkan Coret 1 nama lagi!"
Mahasiswa itu tertegun sejenak untuk sementara waktu. Lalu ia dengan berat hati dan perlahan mengambil pilihan yang amat sulit itu dan kemudian mencoret nama ibunya.
Untuk yang terakhir Profesor menginstruksikan, "Silahkan coret 1 nama lagi!"
Hati sang mahasiswa makin bingung. Suasana kelas makin tegang. Mereka semua juga berpikir keras mencari pilihan yang terbaik. Mahasiswa itu kemudian mengangkat spidolnya dan dengan sangat lambat ia mencoret nama anaknya.
Pada saat itulah sang mahasiswa tidak kuat lagi membendung air matanya, ia menangis. Aroma kesedihan meliputi seluruh sudut ruang kuliah. Setelah suasana lebih tenang, Sang Professor akhirnya bertanya kepada mahasiswa itu, "Kamu tidak memilih orang tua yang membesarkanmu, tidak juga memilih anak yang adalah darah dagingmu, kenapa kamu memilih istrimu? Toh istri bisa dicari lagi kan?"
Semua orang didalam ruang kuliah terpana menunggu jawaban dari mulut mahasiswa itu.
Lalu mahasiswa itu berkata lirih, "Seiring waktu berlalu, orang tua saya harus pergi dan meninggalkan saya. Demikian juga anak saya. Jika dia sudah dewasa lalu menikah. Artinya dia pasti meninggalkan saya juga. Akhirnya orang yang benar-benar bisa menemani saya dalam hidup ini, bahkan yang dengan sabar dan setia mendampingi dan mensupport saya saat tertatih dan terseok-seok berjalan menghadapi himpitan kehidupan untuk meraih karir hanyalah ISTRI saya".
Setelah nenarik nafas panjang dia melanjutkan, "Orangtua dan anak bukanlah saya yang memilih, tapi Tuhan yang menganugerahkan. Sedangkan isteri? Saya sendirilah yang memilihnya dari sekian milyar wanita yang ada di dunia".
--end--
Masya Allah, sudahkah kita (suami) mencintai istri kita semaksimal mungkin?
Bijaklah dalam berkomentar.
EmoticonEmoticon