Suasana Pagi |
Oleh : Imam Nawawi
TIDUR pagi, memang terasa mengenakkan, terutama bagi
mereka yang memang tak bisa mengelakkannya. Usai Subuh, kepala langsung terasa
berat dan hati pun seolah mendesak agar badan segera rebah dan secepat mungkin
memejamkan mata.
Mungkin wajar, membuat kondisi tubuh memang lejar.
Tetapi, jika tanpa sebab, lantas setiap pagi melenakan diri dengan tidur,
aduhai betapa ruginya.
Sedang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam setiap
pagi hari memanjatkan doa untuk umatnya.
اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا
“Ya Allah berikanlah berkah kepada umatku di pagi hari mereka.”
(HR. Tirmidzi).
Artinya, pagi bukan saatnya untuk berleyeh-leyeh, apalagi
kembali pulas mendengkur. Oleh sebab itu, mesti ada niat dan ikhtiyar kuat
dalam diri agar kita tidak termasuk umat Islam yang kehilangan berkah, justru
di awal suatu hari bermula.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Pagi hari bagi
seseorang itu seperti waktu muda dan akhir harinya seperti waktu tuanya.”
Rasulullah menjelaskan, barangsiapa yang tidak bagun di
pagi hari, Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu bahwa Nabi shollallahu ’alaih
wa sallam bersabda: “Setan akan mengikat tengkuk salah seorang dari kalian saat
tidur dengan tiga ikatan ia akan membisikkan kepadamu bahwa malam masih
panjang, jika ia terbangun lalu berdzikir pada Allah lepaslah satu ikatan, jika
ia berwudlu maka lepaslah dua ikatan, dan jika ia melanjutkan dengan sholat,
maka lepaslah seluruh ikatan itu, sehingga pada pagi harinya ia mulai dengan
penuh kesemangatan dan jiwanya pun sehat, namun jika tidak, maka dia akan
memasuki waktu pagi dengan jiwa yang keji dan penuh kemalasan.” [HR Bukhari]
Pertama, berdzikir
Dzikir pagi adalah amalan yang patut digalakkan. Karena
selain membuat lebih bersemangat di pagi hari juga berdampak dimudahkan segala
urusan oleh Allah Subhanahu Wata’ala.
Dzikir pagi dibaca saat masuk waktu Subuh hingga matahari
terbit. Namun boleh juga dibaca sampai matahari akan bergeser ke barat. Soal
bacaan wirid, ada bermacam-macam pilihan.
Masalah dzikir pagi ini, Allah ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman,
berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan
bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” [QS. Al-Ahzaab : 41-42].
Dari Anas Ibnu Mali, Rasulullah bersabda; “Telah bersabda
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Aku duduk bersama orang-orang yang
berdzikir kepada Allah ta’ala mulai shalat Subuh hingga terbit matahari lebih
aku senangi daripada memerdekakan empat orang budak dari anak Ismaa’iil. Dan
aku duduk bersama orang-orang yang berdzikir kepada Allah mulai shalat ‘Ashar
hingga tenggelam matahari lebih aku senangi daripada memerdekakan empat orang
budak.” [HR: Abu Daawud, Al-Baihaqiy]
Kedua, tilawah Al-Qur’an
Tilawah Al-Qur’an, terlebih jika diniati untuk dibaca
dengan penuh penghayatan, perenungan dan kesiapan hati mengikuti dan
mengamalkan kandungannya, hal ini akan sangat membantu fokus otak dan hati
untuk lebih siap menyudahi Shubuh dengan kebaikan, ilmu dan spirit iman yang
lebih hidup.
Terlebih waktu Shubuh udara masih bersih, suasana belum
bising dan fisik juga masih segar. Tentu hal tersebut akan memudahkan akal,
hati dan emosi lebih cepat merasakan getaran, kesan dan spirit dari ayat demi
ayat yang dibaca.
Bahkan, para penghafal Qur’an, memanfaatkan waktu emas
ini sebagai momentum untuk muroja’ah (mengulang-ulang hafalannya). Andaikata
hanya bisa tilawah selembar atau dua lembar, sebagai langkah awal, ini tentu
suatu kemajuan yang harus terus dijaga dan ditingkatkan.
Ketiga, memulai beraktivitas
Rasulullah, tidak menjumpai pagi melainkan bergegas dalam
beraktivitas.
Seperti yang Allah firmankan; “Dan (ingatlah), ketika
kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu akan menempatkan para
mukmin pada beberapa tempat untuk berperang.” (QS. Ali Imron [3]: 121).
Jadi, tidak salah jika bangsa Arab mengenal petuah,
“Waktu adalah pedang.” Kemudian dalam bahasa kita dikenal, “Siapa cepat dia
dapat.” Dengan kata lain, siapa bergegas dalam beraktivitas insya Allah dia
akan sukses. Sinkron dengan apa yang jamak diketahui orang, “Man jadda wajada”
(Siapa bersungguh-sungguh dia dapat).
Dengan demikian, selesai sholat Subuh, selesai tilawah,
jangan rebahkan badan. Tapi bangkit dan bergeraklah melakukan aktivitas mulia
lainnya. Seperti menyapu rumah, mencuci piring, atau apapun yang pada intinya
tubuh bisa bergerak sehingga lepas dari gelayutan mata yang memaksa diri terus
mengangut.
Keempat, segerakan mandi
Kebaikan, dalam Islam hukumnya mesti disegerakan,
demikian pula halnya dengan mandi di pagi hari. Andaikata jam keluar rumah
terbilang masih siang, menyegerakan mandi pagi jelas tidak merugikan.
Selain akan memberikan kesegaran lebih dini, waktu untuk
melakukan persiapan sebelum menjalani rutinitas harian di luar rumah, bisa
dilakukan lebih awal, sehingga mencegah adanya barang tertinggal atau urusan
yang terselap, termasuk terhindar dari berangkat terburu-buru. Dengan begitu,
insya Allah, semua urusan akan berjalan sesuai rencana.
Kemudian, dalam tinjauan medis, mandi pagi memberikan
banyak keuntungan. Mulai dari lancarnya peredaran darah, meningkatnya produksi
sel darah putih, mengurangi resiko darah tinggi, serta meningkatkan kesuburan.
Kelima, beramal
Diriwayatkan sahabat Abu Hurairah dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda; “Sesungguhnya agama itu mudah. Tidak ada seorangpun
yang membebani dirinya di luar kemampuannya kecuali dia akan dikalahkan.
Hendaklah kalian melakukan amal dengan sempurna (tanpa berlebihan dan menganggap
remeh). Jika tidak mampu berbuat yang sempurna (ideal) maka lakukanlah yang
mendekatinya. Perhatikanlah ada pahala di balik amal yang selalu berterusan .
Lakukanlah ibadah (secara berterusan) di waktu pagi dan waktu setelah matahari
tergelincir serta beberapa waktu di akhir malam.” [HR. Bukhari no. 39]
Keenam, Shalat Dhuha
Shalat Dhuha merupakan sunnah mu’akkadah, terbukti telah
dilakukan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, sebagaimana diriwayatkan
Muslim, dari hadits Aisyah radhiallahu anha, dia berkata; “Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam shalat Dhuha sebanyak empat (rakaat), kadang
beliau menambah sesuai keinginannya.”
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam
bersabda,
“Pada pagi hari diharuskan bagi
seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih
(subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa
sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa sebagai
sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai sedekah.
Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang
dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan
melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at.”[HR Muslim]
Adalah Ibnul Qayyim Dalam Kitab Zaadul Ma’ad, (4/378)
pernah berkata tentang empat hal yang akan menghampat datanganya rizki;
“Empat hal yang menghambat
datangnya rizki: tidur di waktu pagi,sedikit shalat, malas-malasan dan
berkhianat.”
Semoga empat hal yang dimaksud Ibnu Qayyim tidak masuk di
antara kita semua. Selamat menjemput berkah pagi hari.
Bijaklah dalam berkomentar.
EmoticonEmoticon