Biaya Kuliah Murah, Namun Kualitasnya Tidak Murahan
Hanya dengan uang bulanan Rp. 200 ribu, seseorang bisa mengenyam bangku perguruan tinggi. Meski terhitung murah, tapi kualitas pendidikan yang disediakan tidak murahan lho. Malah, gedung kampusnya begitu mentereng. Semua itu bisa didapat di Universitas Pamulang (Unpam) yang beralamatkan Jl. Surya Kencana No. 1 Pamulang Barat, Tangerang Selatan (Tangsel).
Pendiri UNPAM Drs. H. Darsono mengatakan, dari awal berdirinya memang terobsesi ingin mendirikan perguruan tinggi (PT) dengan biaya yang murah. Karena, ia berkeinginan seluruh generasi muda dapat mengenyam bangku perkuliahan. “Saya sering mendengar, anak-anak muda punya keinginan yang kuat untuk kuliah, namun mereka terbentur biaya. Makanya saat itu, saya bertekad mendirikan kampus yang biayanya bisa terjangkau,” tuturnya.
Hal lain juga didasari perjalanan hidupnya yang dulu nyaris tidak bisa mengenyam bangku pendidikan karena kondisi ekonomi keluarga. Namun saat itu, pria kelahiran Bantul Jogjakarta ini tidak putus asa. Ia pun rela bekerja demi bisa mendapatkan uang guna membayar biaya sekolah, bahkan sampai menjadi pembuat batu bata merah dan kuli.
“Ketika itu saya dendam terhadap kemiskinan dan kesulitan biaya sekolah. Saya bertekad harus sukses agar bisa membantu orang lain, terutama agar meraih pendidikan tinggi,” ujarnya. Cita-citanya pun terkabul dengan didirikannya UNPAM. Di sini, para mahasiswanya dari beragam latar belakang mulai dari pedagang, pemulung, office boy, karyawan dan pekerja kantoran. “Ada pemulung yang kuliah di sini hingga lulus bahkan sekarang dia menjadi dosen di sini,” ujarnya.
Saat awal buka, biaya yang dikenakan kepada mahasiswa hanya Rp. 600 ribu tiap semester dan boleh di cicil Rp. 100 ribu ptiap bulan. Kini, biaya murah pun masih dipertahakan yakni tiap semester, mahasiswa hanya dikenakan Rp. 1,2 juta atau bisa dicicil Rp. 200 ribu tiap bulan. Dengan biaya kuliah itu, Darsono tidak lagi meminta biaya uang gedung maupun uang lain-lain.
Baca Juga : Ini Alasan Tugas Kampus atau Pekerjaan Kantor Sering Gagal Selesai Tepat Waktu
Rektor UNPAM Drs. H. Dayat Hidayat, M.M., menambahkan, untuk kuliah pertama di UNPAM hanya butuh persiapan uang Rp. 350 ribu saja. Rinciannya, Rp. 200 ribu untuk uang kuliah bulan pertama, Rp. 100 ribu yang jaket almamater dan Rp. 50 ribu uang kesehatan. Dengan murahnya biaya kuliah itu, sekarang mahasiswa yang kuliah di UNPAM mencapai 42 ribu mahasiswa dengan jumlah dosen mencapai 1.100 orang.
“Kami tetap prioritaskan kualitas, gedung-gedung perkuliahan kita buat megah dan teknologi di dalam kampus semuanya berbasis IT sehingga para mahasiswa baik yang ingin mengetahui jadwal kuliah, administrasi maupun hal yang berkaitan dengan kampus bisa mengakses ke website. Ini lebih praktis dan efektif,” tuturnya seraya menyebutkan bahwa mahasiswanya tidak hanya berasal dari Tangsel dan Provinsi Banten saja, namun juga dari Medan, Papua, Aceh dan Nias.
Dengan tumbuhnya UNPAM seperti sekarang ini dan menjadi salah satu aset daerah, Dayat berharap Pemerintah Kota Tangsel dapat memberikan iklim kondusif terhadap keberadaan perguruan tinggi di Tangsel. “Kami tidak meminta uang dari pemerintah, tapi kami minta diberikan kemudahan-kemudahan dalam hal yang berkaitan dengan pendidikan sebab tujuan kami adalah menciptakan generasi muda yang berkualitas,” urainya. (ptr/hrs) -
sumber: http://tangerangrayaonline.com/
Pendiri UNPAM Drs. H. Darsono mengatakan, dari awal berdirinya memang terobsesi ingin mendirikan perguruan tinggi (PT) dengan biaya yang murah. Karena, ia berkeinginan seluruh generasi muda dapat mengenyam bangku perkuliahan. “Saya sering mendengar, anak-anak muda punya keinginan yang kuat untuk kuliah, namun mereka terbentur biaya. Makanya saat itu, saya bertekad mendirikan kampus yang biayanya bisa terjangkau,” tuturnya.
Hal lain juga didasari perjalanan hidupnya yang dulu nyaris tidak bisa mengenyam bangku pendidikan karena kondisi ekonomi keluarga. Namun saat itu, pria kelahiran Bantul Jogjakarta ini tidak putus asa. Ia pun rela bekerja demi bisa mendapatkan uang guna membayar biaya sekolah, bahkan sampai menjadi pembuat batu bata merah dan kuli.
“Ketika itu saya dendam terhadap kemiskinan dan kesulitan biaya sekolah. Saya bertekad harus sukses agar bisa membantu orang lain, terutama agar meraih pendidikan tinggi,” ujarnya. Cita-citanya pun terkabul dengan didirikannya UNPAM. Di sini, para mahasiswanya dari beragam latar belakang mulai dari pedagang, pemulung, office boy, karyawan dan pekerja kantoran. “Ada pemulung yang kuliah di sini hingga lulus bahkan sekarang dia menjadi dosen di sini,” ujarnya.
Saat awal buka, biaya yang dikenakan kepada mahasiswa hanya Rp. 600 ribu tiap semester dan boleh di cicil Rp. 100 ribu ptiap bulan. Kini, biaya murah pun masih dipertahakan yakni tiap semester, mahasiswa hanya dikenakan Rp. 1,2 juta atau bisa dicicil Rp. 200 ribu tiap bulan. Dengan biaya kuliah itu, Darsono tidak lagi meminta biaya uang gedung maupun uang lain-lain.
Baca Juga : Ini Alasan Tugas Kampus atau Pekerjaan Kantor Sering Gagal Selesai Tepat Waktu
Rektor UNPAM Drs. H. Dayat Hidayat, M.M., menambahkan, untuk kuliah pertama di UNPAM hanya butuh persiapan uang Rp. 350 ribu saja. Rinciannya, Rp. 200 ribu untuk uang kuliah bulan pertama, Rp. 100 ribu yang jaket almamater dan Rp. 50 ribu uang kesehatan. Dengan murahnya biaya kuliah itu, sekarang mahasiswa yang kuliah di UNPAM mencapai 42 ribu mahasiswa dengan jumlah dosen mencapai 1.100 orang.
“Kami tetap prioritaskan kualitas, gedung-gedung perkuliahan kita buat megah dan teknologi di dalam kampus semuanya berbasis IT sehingga para mahasiswa baik yang ingin mengetahui jadwal kuliah, administrasi maupun hal yang berkaitan dengan kampus bisa mengakses ke website. Ini lebih praktis dan efektif,” tuturnya seraya menyebutkan bahwa mahasiswanya tidak hanya berasal dari Tangsel dan Provinsi Banten saja, namun juga dari Medan, Papua, Aceh dan Nias.
Dengan tumbuhnya UNPAM seperti sekarang ini dan menjadi salah satu aset daerah, Dayat berharap Pemerintah Kota Tangsel dapat memberikan iklim kondusif terhadap keberadaan perguruan tinggi di Tangsel. “Kami tidak meminta uang dari pemerintah, tapi kami minta diberikan kemudahan-kemudahan dalam hal yang berkaitan dengan pendidikan sebab tujuan kami adalah menciptakan generasi muda yang berkualitas,” urainya. (ptr/hrs) -
sumber: http://tangerangrayaonline.com/
Difilmkan
Kisah dramatis dan inspiratif H. Darsono ini telah difilmkan dengan judul 'Simfoni Satu Tanda' yang sudah dirilis akhir Agustus tahun 2016 ini.
Film Simfoni Satu Tanda yang bergenre Drama, Musik tersebut disutradarai oleh Alex Latief dan ditulis oleh Amanda Latief. Bercerita tentang perjuangan Darsono seorang anak petani miskin yang harus bekerja keras untuk bisa mendapatkan pendidikan, persahabatan, cinta, dan cita-cita. Baginya adalah bentuk perjuangan yang jadi satu tanda dalam simfoni kehidupan.- Sutradara : Alex Latief
- Rilis : TBA 2016
- Genre : Drama, Music
- Produksi : Alamanda Production
- Penulis : Amanda Latief
- Pemeran: Baim Wong, Vicky Nitinegoro, Verlita Evelyn, Dellu Uyee, Amanda Latief, Agus Kuncoro, Torro Margens, Yati Surachman, Bowie Putra Bayu, Richo Nouval.
Semoga bermanfaat ya sob informasinya. Silakan share ke teman-temanmu.
Bijaklah dalam berkomentar.
EmoticonEmoticon