[Teruntuk Orangtua] Mengatasi Peter Pan Syndrome dan Cinderella Complex


Share seminar parenting "Peter Pan Syndrome dan Cinderella Complex" dengan narasumber Ibu Elly Risman yg diorganisir oleh Supermoms, 24 Oktober 2015.

(Diringkas oleh peserta seminar: Rivalino Shaffar CCC-Certified Career Coach).

Ringkasan ini hanya menyampaikan sebagian materi yg kompleks sesuai pemahaman penulis.

Seminar dibuka dengan tingginya perceraian terutama oleh pasangan muda di Indonesia. Dan lebih dr 60% perceraian krn meloloskan permintaan istri untuk bercerai. Kenapa banyak pernikahan muda bercerai (1 cerai:10 pernikahan)? Dan kenapa istri banyak meminta cerai? 
Salah satu faktor adalah peter pan syndrome dan cinderella complex yg menyebabkan ketidakharmonisan dan perselingkuhan.

Orangtua yg memberikan semua kebutuhan dan keinginan anaknya bahkan ketika anak belum memintanya akan membuat anak memiliki Adversity Quotion (AD) yang rendah. AD adalah kemampuan utk tabah dlm masalah, "tahan banting" dlm menghadapi masalah hidup. 
(Saat ini profesional yang memiliki AD yg tinggi banyak dicari oleh perusahaan dan salah satu modal penting sbg entrepreneur-tambahan penulis).

Jika anak tsb laki2 yg ber-AD rendah, sangat mungkin memiliki Peter Pan Syndrome dan yang perempuan memiliki Cinderella Complex. Dalam pergaulan mereka akan mudah menyerah pada pengaruh negatif spt narkoba dan lebih mungkin memiliki anak di luar nikah. Ketika menikah laki laki ini tidak bs bertanggung jawab ketika masa sulit dan atau serba bergantung pada istri yg dianggap sbg Ibunya yg mengatur/menyediakan semua kebutuhan dr ikat pinggang sampai tukang yg akan membetulkan genteng. 
Yang perempuan sbg istri akan mencari suami yg mampu memberinya segalanya dan akan mudah meminta cerai di saat sulit.

Sebaiknya orangtua mulai membiasakan diri melatih anak-anaknya utk BMM (Berfikir-Memilih-Mengambil Keputusan). 

Lebih sering lah menggunakan kalimat tanya spt "bagaimana perasaanmu ttg hal ini?", 
"Apa yang kamu perlu lakukan?,
"Apa dampaknya kalau kamu melakukan hal itu?" (Dalam ilmu leadership, teknik ini digunakan dalam sesi coaching-Penulis). Dengan nada datar dan intonasi tidak menyudutkan.

Gunakan gaya parenting otoritatif, yaitu keseimbangan antara ekspektasi ortu dan dukungan ortu / kasih sayang atau keseimbangan logika dan cinta. 
Ortu memberi harapan/ekspektasi yang tinggi sekaligus memberi dukungan, misalnya "papa pengen kamu melakukan hal ini, bagaimana papa bisa membantumu?" 

Siapkan anak utk masa depan dengan mempertimbangkan 8 aspek perkembangan : Keimanan, ibadah, Akhlak, emosi, kecerdasan (logika, nalar dan akademis), sosial, fisik & kesehatan dan seksualitas (memahami diri dan lawan jenis).

Seminar ini juga menitik beratkan pada peran ayah dan menyembuhkan luka psikologis para ortu. Peran ayah sbg pemimpin keluarga saat ini lemah sehingga istri dan anak kehilangan panutan yg memberi contoh ketegasan, keberanian dan melindungi dgn penuh kasih sayang. 
Oleh karena itu pahami inner child diri dan pasangan.

Inner child adakan kondisi kejiwaan yg membekas dr masa kecil. Inner child tidak selalu buruk namun perlu secara bijaksana disikapi. Seorang ayah yg dulunya kehilangan Ibu dari kecil akan bisa tergantung pada istrinya. Seorang istri yang dulunya dididik terlalu mandiri oleh ayahnya akan tidak mau dibantu suaminya.

Poin-poin penting:
1. Bantu anak bisa mengambil keputusan sendiri dgn banyak bertanya ketika anak sdg banyak PR, dalam konflik dgn temannya, dll. Sedikit menasehati tetap boleh.

2. Pahami bahwa ekonomi keluarga tidak selalu naik dan anak2 akan menjalankan kehidupan rumah tangganya sendiri jadi ajar anak2 sesuai perannya. Laki laki menjadi suami dan ayah yang tegas, berani, melindungi dgn kasih sayang dan anak perempuan yang merawat dan melindungi penuh kasih sayang.

3. Kita membesarkan anak-anak di era digital shg ortu harus tahu games, bacaan, tontonan dan pergaulan di sosmed/gadgetnya.

4. Ortu perlu memahami inner child diri sendiri dan pasangannya dan mulai menjembatani kebutuhan dr inner child tersebut sehingga orangtua (walau pun sudah bercerai) tampil kompak dlm mendidik anak (dual parenting).

5. Bantu anak memilih pasangan hidupnya dengan mengajarkan bagaimana memilih teman yang baik serta memberi contoh bagaimana seorang suami memperlakukan istri dan seorang ayah memperlakukan anaknya. Ingat, kita tidak sekedar memilih menantu tapi juga memilih besan krn cara calon besan mendidik anaknya (calon menantu kita) mempengaruhi kejiwaan calon menantu tsb. Ajarkan anak utk mempertimbangkan cara marah calon pasangannya.

6. Orangtua jangan lupa menjalankan peran sbg suami dan istri karena akhirnya Anda akan tinggal berdua. Jangan sibuk memikirkan dan menjalankan peran ayah dan Ibu namun lupa merawat kasih Anda sbg suami dan istri. Anak2 bisa merasakan hubungan kasih ayah kepada ibunya (dan sebaliknya) dan hal mempengaruhi cara pandang anak thd makna pernikahan dan mencari pasangan dr lawan jenis. Hal ini juga membantu Anda hidup dengan indah stlh anak-anak sibuk dan berkeluarga.

7. Laki laki memiliki otak lebih berat 50 gr dibanding perempuan. Namun otak perempuan memiliki corpus collosum, jembatan otak kiri dan otak kanan, yg lebih tebal. Laki laki lebih rasional, kurang empati dibanding perempuan dan fokus pada solusi. Perempuan lebih emosional, insting lebih tajam-langsung bertindak cepat, namun sambil berpikir. Hal ini menyebabkan perlunya pendekatan berbeda antara anak laki laki dgn perempuan spt bicara pada suami/anak laki2 jangan lebih dr 15 kata sedangkan dgn istri/anak perempuan bisa berpanjang lebar.

Sumber-sumber penting : Buku Ilmu Memeluk Anak ditulis oleh Ibu Elly Risman dan tim, facebook group: Kita dan Buah Hati, youtube: SEMAI 2045.


Note: SEMAI artinya Selamatkan Masa Emas Anak Indonesia.

Artikel Terkait

Berharap selalu dalam lindungan Allah SWT agar hidup tetap tenang dan selalu berusaha untuk Menjalankan segala perintahNya dan Menjauhi semua laranganNya.

Bijaklah dalam berkomentar.
EmoticonEmoticon